Archive | November, 2013

Dan Saya Memilih Jalan Yang Diridhai Allah

10 Nov

Pacaran! Satu kata yang membuat saya bingung seperti orang yang tidak tau apa-apa ketika saya harus mendengar dan menganalisa apa makna dari kata pacaran itu sebenarnya. Sementara yang lain di luar sana sudah sangat terbiasa atau bisa dibilang ahli dalam permainan yang satu ini yang populer disebut oleh banyak orang dengan istilah ‘Pacaran’.

Jelas saja saya tidak tau, karena sejak lahir sampai dengan detik saya berumur 19 tahun sekarang ini belum pernah mau kenal dengan yang namanya pacaran. Kalau sekedar tau dari mulut orang sih sudah, tapi untuk rasa benar-benar ingin tau dan penasaran ingin mencoba  hanya untuk kesenangan dan hobby remaja sekarang, saya rasa itu sangat tidak penting dan hanya buang-buang waktu saja. Lantas orang-orang bertanya, kenapa saya tidak mau pacaran sementara sejak SMP saya berteman akrab dengan teman-teman yang notabenenya pacaran?. Kalau pertanyaan itu terlontar langsung di depan muka saya sih pasti saya jawab dengan tegas “Berteman dengan siapa saja kan tidak jadi masalah, yang jadi masalah itu jika kita terpengaruh atau sekedar ikut-ikutan dengan  sikap dan perilaku yang menurut pandangan kita itu tidak benar. Jadi semua itu balik ke kita, semua tergantung bagaimana kita memilah dan menjaga diri supaya terhindar dari sikap yang demikian”. Dan jika ada yang bertanya lagi kenapa saya bisa tidak terpengaruh padahal semua itu sudah menjadi kebiasaan dan kesenangan bagi kehidupan sehari-hari remaja saat ini? Saya pun akan menjawab dengan satu jawaban yang pasti “ Karena saya punya JANJI dan TEKAD” .

Dulu waktu saya masih SMP, pacaran menjadi suatu larangan keras dari orang tua karena saya dinilai masih seorang remaja labil yang belum pantas untuk melakukan pergaulan sesuka hati dengan lelaki manapun. Yang namanya amanah orangtua, apapun itu saya harus berjanji dan berusaha untuk tidak melanggarnya. Sanggup atau tidaknya kita serahkan saja semua kepada yang maha memberi keputusan. Sampai pada suatu hari, dimana saya bisa meninggalkan sekolah itu dengan perasaan lega atau dengan kata lain saya lulus dari tingkatan sekolah menengah pertama tersebut, ditambah dengan keberhasilan saya menepati janji kepada kedua orangtua untuk tidak pacaran dulu sebelum menyelesaikan sekolah menengah pertama membuat saya bertambah lega dan senang. Walaupun tantangannya sedikit sulit karena teman-teman terus membujuk saya dengan rayuan manis mereka untuk membalas perasaan lelaki yang sewaktu-waktu datang kapan saja selama 3 tahun saya berada di sekolah tersebut dengan tujuan yang tidak jauh berbeda dengan yang lainnya yaitu sekedar untuk mengikat hubungan yang pastinya dikenal dengan sebutan pacaran, menurut saya itu hanyalah pola pikir yang kekanak-kanakan. Dimana letak kebenaran dan kesalahannya semua itu saya tidak tau, tapi yang terpenting saya bersyukur karna Allah masih menjaga hati saya.

Sekarang tiba saatnya dimana saya harus melanjutkan ke tingkatan sekolah yang lebih tinggi lagi yaitu Sekolah Menengah  Atas. Pastinya umur saya sudah bertambah dan pola pikir saya sudah bisa dibilang sedikit menuju arah yang lebih matang. Saya punya tekad yang kuat bahwa saya tidak akan pacaran sebelum sampai umur 17 tahun, tapi tekad itu tidak berjalan semulus yang saya bayangkan, maklum saja sebagai seorang gadis normal saya pastinya punya perasaan dengan salah seorang teman laki-laki yang ada di sekolah itu. Apalagi sekolah menerapkan sistem boarding school yang dipastikan bisa bertemu dengan seseorang hampir setiap saat, yang namanya sudah kenal ditambah lagi dengan kebiasaan rasa itu jelas ada. Saya tau ini bukan sebuah alasan, tapi inilah kenyataan yang sebenarnya.

Tantangan saya semakin bertambah, tapi bukan berarti saya menyerah begitu saja. Berkat adanya peraturan sekolah yang begitu ketat yang menetapkan salah satu aturan ‘setiap siswa dan siswi dilarang pacaran’ pastinya saya bersyukur dengan adanya peraturan itu, meski beberapa dari teman saya gondok dan nekat untuk melanggarnya sampai-sampai harus mendapat point dan bisa jadi dikeluarkan dari sekolah. Tapi yang jelas saya pribadi senang, bukan karena alasan itu melainkan saya semakin terbantu dalam menjalani tantangan ini. Ada satu hal lagi yang bisa menambah motivasi saya untuk tidak pacaran yaitu Ibu Asrama kami yang super cerewet tapi mendidik dan yang paling anti dengan siswi yang pacaran. Saya masih ingat sebuah percakapan pada suatu malam di asrama, dia mengatakan “Kenapa kalian pacaran? Untungnya dari pacaran itu apa? Coba sebutkan 8 saja keuntungannya! Ibu mau dengar jawaban dari kalian, pasti kalian cuma bisa jawab : pengertian, perhatian, kasih sayang, pengertian lagi, kasih sayang lagi. Cuma itu, apa ada yang lain? Coba kasih tau ibu!”. Semua dari kami cuma bisa diam dan tersenyum dalam hati, satupun tidak ada yang berani menambahkan. Saya hanya bisa duduk diam dan sejenak merenungi kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut ibu asarama tersebut, seraya dalam hati berbisik “Benar juga apa yang dikatakan oleh Ibu asrama barusan”.  Setelah saya pikir ulang, bahkan lebih banyak untungnya tidak pacaran dibandingkan dengan pacaran. Karena 8 keuntungan itu tidak seberapa nilainya apabila dibandingkan dengan kita berhasil menjaga diri dari perbuatan dosa yang jelas-jelas disebutkan dalam Hadist bahwa pacaran itu hukumnya adalah HARAM.

Hari kehari berhasil saya lalui sedikit demi sedikit dengan tekad dalam diri  bahwa saya tidak akan pacaran sampai umur 17 tahun, bahkan kalau bisa ta’aruf saja dan langsung menikah dengan jodoh yang diridhai Allah nantinya hehe Amin Amin Ya Rabbal’alamin. Insya Allah pasti bisa! Semuanya tergantung pada niat dalam diri, tekad yang kuat, dan janji yang harus ditepati.

Sekarang ijazah SMA sudah diterima, dan Insya Allah akan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi dimana saya bisa lulus nantinya. Doakan saja! Dan akhirnya sayapun diterima di Fakultas Teknik Unsyiah walaupun sebelumnya saya lebih minat di Fakultas Kedokteran, tapi saya tetap bersyukur mungkin ini jalan terbaik yang Tuhan berikan untuk saya. Bagaimana hari-hari saya nantinya akan saya jalani dengan ikhlas apa adanya.Di usia saya yang sudah di atas 17 tahun ini yang pasti saya bukan anak-ank lagi, saya sudah harus lebih dewasa baik dari segi umur maupun sikap. Tetapi saya belum tau betul bagaimana lika-liku kedepannya nanti dengan lingkungan yang sedikit berbeda, lebih bebas dari biasa dan tidak terikat oleh apapun. Hanya nasehat orangtua dan menjaga kepercayaannya lah yang menjadi kunci bagaimana saya membawa diri megikuti alur dari semua ini untuk bisa beradaptasi dengan semestinya.

Dari sela-sela menjalani hari, saya sempat berfikir bahwa pacaran itu adalah hal yang positif yang bertujuan untuk menuju ke arah pernikahan yang lebih baik dan langgeng dalam hubungan nantinya karena pasangan sudah saling mengenal dekat satu sama lain. Bahkan sempat terlintas di otak saya kalau tidak pacaran tidak dapat jodoh. Secara tidak langsung saya sudah meragukan janji Allah dan kuasa-Nya, saya sedikit goyah dari kalimat yang selama ini menjadi slogan dalam diri saya yaitu ‘Jodoh ada di tangan Tuhan’. Astaghfirullah! Mungkin saya terpengaruh dengan situasi dan lingkungan disini, dimana banyak orang yang mengumbar kemesraan dan tidak sedikit juga dari mereka yang melanjutkan hubungan dari pacaran ke arah yang lebih serius lagi dengan menuju ke jenjang pelaminan. Sudah banyak sekali.

Suatu ketika secara tiba-tiba tanpa terencana, saya membuka you tube dan menonton sebuah film yang berjudul ‘Cinta Suci Zahrana’. Saya tidak tahu kenapa saya bisa tertarik untuk menonton film tersebut padahal tujuan saya sebelumnya membuka you tube karena ingin sekali menonton film ‘Negeri 5 Menara’ yang kata orang-orang cukup menarik untuk ditonton. Mungkin sudah kehendak Allah saya memencet tombol play pada film ‘Cinta Suci Zahrana’ tersebut. Setelah menonton sampai habis, saya terharu dan sempat meneteskan air mata, juga tidak lupa saya mengambil beberapa pelajaran berharga dari karakter yang diperankan oleh Zahrana sendiri. Saya salut dan kagum dengan kepribadiannya yang begitu tegar, tegas, dan berpendirian tetap. Di usianya yang sudah 34 tahun dia belum memikirkan untuk menikah karena masih memfokuskah diri pada study dan karirnya. Walaupun menggunungnya hinaan dengan sebutan perawan tua, dia tetap tegar,cintanya tetap suci, cinta karena Allah. Zahrana yakin Allah punya rencana yang besar untuknya, dia senantiasa ikhlas dan sabar menunggu seorang jodoh yang diridhai Allah nantinya dan Zahrana percaya segala sesuatu ada masanya dan akan indah pada waktunya. Ada beberapa kutipan menarik yang saya ambil dari film tersebut ;

           “Jodoh itu kalau dikejar-kejar pasti tidak tertangkap, kalau tidak dikejar ya datang sendiri”

“Sebut nama-Nya, dekat dengan-Nya, pinta pada-Nya Segala perkara hidup dan cintamu indah pada waktunya. Takdirkan cinta atas restu-Nya, atas pilihan-Nya Serahkan seluruh urusan cinta dan hidup hanya pada Allah”

“Suatu saat kamu perlu untuk tidak memikirkan kesuksesan dan kegagalan, jangan biarkan hal tu mengganggu dirimu”

“Yang paling penting kita harus dekat dengan Allah dalam keadaan apapun”

Sekarang saya sadar jika semua perkara dalam hidup ini memang harus diserahkan hanya kepada Allah SWT semata. Tiada sesuatu yang mampu melampaui kuasa dan kehendak-Nya, percayalah! Allah punya rencana yang besar bagi setiap hamba-Nya yang bersabar dan bertaqwa.

‘Tepatilah janji! janji kepada Orangtua dan janji kepada diri sendiri, Tekadkan dalam diri dengan keyakinan yang kuat. Karena kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, serahkan saja semuanya hanya kepada Allah yang berhak menentukan’.

Semoga Allah senantiasa menjaga hati saya. Aamiin.Gambar

Dear Allah, sometimes it’s hard for me to understand what you really want to happen. But I trust you. I know you will give me what’s best.